Tukang koran. Empat tahun lalu, saya melakukan aborsi secara berdikari pada kamar indekos. Aku melakoninya ditemani pasanganku, orang yg bertanggung jawab "menanam benih" pada rahimku. Saat itu, saya memakai obat aborsi yg kubeli sendiri melalui transaksi online.
Keputusan mengakhiri kehamilanku nir mudah. Saat pertama kali melihat menggunakan mata ketua sendiri output testpack menggunakan 2 garis merah itu, saya memahami duniaku bakal berubah selama-lamanya. Tapi saya memahami pilihan wajib diambil. Jujur saja, aborsi merupakan pilihan akhir, akan tetapi bukan pilihan pertamaku.
Stigma negatif terhadap aborsi masih sangat akbar pada Indonesia. Akses-akses wanita terhadap fasilitas kesehatan spesifik buat aborsi kondusif masih terbatas, apalagi jibila kita belum menikah. Hasilnya, klinik-klinik aborsi ilegal & penjualan obat aborsi terdapat pada mana-mana. Penjualan obat ini pun beragam, mulai menurut yg palsu & memakan poly korban sampai yg terpercaya & akhirnya sanggup membantu wanita -wanita sepertiku yg ingin mengalami kehamilan tanpa direncanakan. Aku beruntung berhasil menemukan penjual online yg menyediakan obat aborsi sungguhan. Tapi, bagaimana menggunakan poly wanita lainnya, yg lain seberuntung saya ?
sumber VICE
📸 YASMIN HUTASUHUT
0 comments:
Post a Comment